Rabu, 30 November 2011 - 0 komentar

Kuli angkut pasir dan pernikahan

'aku dulu menyesal, ngapain waktu masih lajang, uang aku hambur-hamburkan, waktu nikah gini jadi bingung nyelengi'

'tapi ya, ketika menikah itu, rejekiku makin banyak, selalu ada saja dapat rejeki, wes tho gak rugi lek nikah iku, temenan, rejeki jadi dua kali lipat!'

Kedua kalimat di atas tidak sengaja ku dengar saat aku mengambil motor di teras rumah untuk kubawa ke kampus. Dua orang kuli angkut pasir sedang mengobrol sambil menyekop pasir yang menumpuk di depan rumahku untuk diangkut mobil pick-up menuju rumah sepupuku. "MasyaAllah" bisikku dalam hati. Dua orang yang bekerja sebagai kuli angkut pasir dengan gaji (upah) yang tidak tentu jumlah dan bahkan belum tentu juga memiliki upah setiap harinya, memiliki pemikiran yang semulia itu terhadap pernikahan. Sungguh pemikiran kedua orang tersebut telah mematahkan pemikiran orang-orang yang menunda menikah hanya karena pekerjaannya belum pasti (belum pasti diterima di perusahaan ternama, red), mematahkan pemikiran orang-orang yg khawatir tidak dapat menghidupi keluarganya.

Masya Allah
Perkataan yang keluar dari mulut kuli tersebut penuh dengan keyakinan bahwa menikah itu tidak akan membuat miskin, sengsara, tetapi sebaliknya, membuat hidup jadi lebih bersemangat dan menjadi kaya (ketenangan hati). 


Subhanallah
Beda sekali dengan pemikiran orang-orang yg terpelajar (ngakunya), yang tidak menyegerakan menikah dengan berbagai alasan. Terutama adalah alasan keuangan dan pekerjaan yang belum tetap (baca: belum jadi PNS, masih pegawai tidak tetap). Coba bandingkan dengan kuli pasir itu, seberapa banyak sih uang yang bisa mereka peroleh seharinya?sudah tetapkah upah yang mereka terima per bulannya?belum tentu tetap kan??tetapi mereka MENIKAH. Bagaimana dengan kita yang sudah PASTI dapat upah tiap bulannya, masih merasa belum cukup mampu menikah?PADAHAL PACARAN SUDAH LEBIH DARI 1 TAHUN. Yang kita lakukan hanya menumpuk DOSA, kalah dengan KULI ANGKUT PASIR yang notabene berpendidikan lebih rendah dari kita yang sampai mengenyam pendidikan tinggi,tetapi Kuli tersebut lebih maju pemikirannya daripada kita. Lebih hebatnya lagi, kuli tersebut YAKIN bahwa rejeki itu dari ALLAH dan MENIKAH itu melipatgandakan rejeki, jadi tidak ada alasan menunda menikah karena gak punya cukup uang untuk menghidupi keluarga.
Selasa, 01 November 2011 - 1 komentar

inilah aku

kecil
mungil
cerewet
suka protes
blak-blakan yang cenderung spontan
suka uring-uringan kalo ada hal yg gak bener
berani ngomong jujur, meski kadang suka gak ngeh kalo orang lain sakit hati dgn jujur ku
gak bisa menahan emosi
cengeng
egois
cuek, cenderung gak ngegubris omongan negatif orang atau gosip2
mahasiswi S2 Biologi
Pengen punya rumah dgn kebun sayur-mayur
punya cita-cita bikin rumah berteknologi tinggi dgn sumber daya alternatif yg bs diperbaharui
pengen nikah muda, di usia 20 tahunan (tapi gak terwujud,hehehehe)
beginilah aku, manusia biasa dengan kekurangan dan kelebihan yang ada plus keinginan2nya